Nepal Rolwaling Trek - Perjalanan ke Lembah Terpencil
Pemandangan dari Pass Tashi Laptsa (5755 m) saat matahari terbenam

Bicara tentang hiking atau trekking, kita pasti akan teringat pada Himalaya sebagai sesuatu yang superlatif. Dan bicara tentang Himalaya kita akan teringat pada Mount Everest. Karena mayoritas turis yang datang untuk hiking / trekking di Nepal ingin melihat puncak gunung tertinggi di dunia itu, atau melihat puncak lain berketinggian di atas 8000 m seperti Annapurna, Cho Oyu. Pemikiran demikian juga kami amati di kalangan pendaki gunung yang cenderung mengukur "aktivitas herois" mereka dengan ketinggian gunung yang didaki.

Awal tahun 90-an saat melintasi jalur trek musim dingin di Khumbu (kawasan Everest), penulis pertama kali berkesempatan melihat pegunungan Rolwaling dari kejauhan. Rolwaling merupakan lembah suci tempat meditasi Padmasambhava (penyebar agama Buddha Tantra ke Tibet). Lembah itu memiliki kuil tua yang telah berdiri tegar sejak 120 tahun, penuh legenda terkait dengan makhluk misterius ‚Yeti. Warga desanya sangat ramah, alamnya asri dengan puncak-puncak bersalju yang spektakuler. Sungguh perjalanan yang menyenangkan kembali ke alam dan kesahajaan.
Jembatan gantung khas Nepal

Awal perjalanan kami adalah desa kecil Dolakha, di mana jalan bagi kendaraan bermotor berakhir. Dari sini kami berjalan menelusuri Tamba Kosi (Sungai) menuju utara, dengan pemandangan puncak salju Gauri Shankar (7146 m) yang memukau. Setelah 3 hari kami berbelok ke arah timur memasuki lembah Sungai Rolwaling yang sebenarnya.
Pemandangan Puncak Gauri Shankar (7146 m)
„Truck stop“ à la Nepal Himalaya, dimana semua barang dipikul oleh manusia karena ketiadaan jalan bagi kendaraan bermotor

Menurut penduduk setempat Rolwaling adalah "beyul" atau lembah tersembunyi dan suci, di mana Guru Rinpoche / Padmasambhava bermeditasi sebelum dia meneruskan perjalanan ke Tibet untuk menyebarkan agama Buddha Tantra. Karena kesuciannya, di lembah ini dilarang memburu atau membunuh makhluk hidup. Hal ini adalah faktor penting mengapa lembah ini tetap terjaga keasliannya. Di sini kita akan ditemani oleh hewan liar seperti berbagai jenis monyet, rusa dan burung. Demikian pula vegetasinya sangat majemuk karena trek ini melewati beberapa zona vegetasi. Bermula dari zona tropis sampai
subtropis dengan sawah, ladang sayuran dan kentang diselingi hutan lebat. Sementara di daerah pass / glacier kita tidak akan dapat menemukan flora sama sekali.
Perjalanan di Zona Subtropis sepanjang sungai Tamba Kosi
Zona Sub-Alpin dengan Puncak Gunung Chekigo (6257 m)

Di sepanjang lembah ini banyak monumen alam yang dihubungkan dengan Padmasambhava. Puncak tertinggi di Rolwaling adalah Gauri Shankar yang dianggap suci oleh pemeluk agama Buddha Tantra dan Hindu. Di sini juga ada danau suci tempat ziarah setiap tahunnya. Penduduk Rolwaling kebanyakan terdiri dari suku Sherpa yang berasal dari Tibet. Kebanyakan dari mereka adalah petani dan penggembala. Semua dengan fasilitas sangat sederhana. Listrik hanya ada di rumah-rumah yang memiliki solar panel. Karena teradaptasi sempurna dengan iklim pegunungan, banyak Sherpa Rolwaling bekerja sebagai ‚climbing guide.‘

Desa terbesar adalah Beding (di ketinggian sekitar 3600 m), di sanalah letak gompa / kuil terbesar di Rolwaling. Sedangkan desa (dan kuil) tertua adalah Na, sekaligus merupakan desa paling timur dan terakhir sebelum menjelajah glacier dan Pass Tashi Laptsa menuju Khumbu. Sekarang Na (dengan ketinggian 4200 m) hanya dihuni oleh penggembala selama musim panas. Setelah Na, teman perjalanan kami hanyalah burung elang, bebatuan, es dan angin.

Orang Barat pertama yang menapakkan kakinya di Rolwaling adalah Sir Edmund Hillary yang datang dari Khumbu lewat Tashi Laptsa Pass. Setahun kemudian Eric Shipton menjadi terkenal dengan penemuan makhluk ‚Yeti‘ di Menlung La, pass yg merupakan jalan penghubung langsung menuju Tibet.
Kawan seperjalanan

Berbeda sekali dengan Region Everest atau Annapurna yg dikunjungi ribuan turis tiap tahunnya. Rolwaling dapat dikatakan jarang bertemu dengan pengunjung asing. Karena itu reaksi penduduk setempat terhadap pengunjung pun berbeda. Di sini bukan hanya kebudayaan dan pemandangan yang menjadi atraksi bagi pengunjung. Kami pun menjadi atraksi bagi penduduk setempat, terutama anak-anak. Tidak mengherankan kalau pengunjung selalu ditemani segerombol anak-anak yang mengikutinya sampai batas desa.
Di sini terasa sekali keaslian dan keramahan penduduk Himalaya yang belum terjamah (atau belum dirusak) oleh turisme massal.
Puncak Tsoboje (6689 m) pada malam hari

Jika di Khumbu region kadang kita dapat melihat ,souvenir shop‘ di depan biara, di Rolwaling - Lama (kepala biara) setempat akan melakukan puja bersama kami dan memberi berkah untuk perjalanan selanjutnya. Berkah ini memang diperlukan. Sewaktu menjelajah glacier (sungai es) - penulis sempat melewati tiga jasad di jalur perjalanan, hanya ditutupi terpal dan bendera-bendera mantera. Korban altitude sickness atau kelelahan. Menurut cerita salah satu mayat itu ‚baru‘ berada di sana sejak 1 bulan. Suatu peringatan untuk lebih berhati-hati. Ini tempat yang benar-benar jauh dari peradaban dan bantuan apa pun.
Menjelajahi Yalung Glacier menuju Puncak Yalung Ri (5630 m)

Pemandangan dari „Summit Ridge“ Yalung Ri, beberapa meter di bawah puncak

Bagi para pecinta gunung, Rolwaling menawarkan banyak puncak-puncak yang tidak begitu dikenal. Memang kebanyakan lebih rendah dari puncak-puncak tertinggi di Khumbu, tetapi sesungguhnya pemandangannya tidak kalah spektakuler dan medannya pun tidak lebih mudah didaki. Beberapa tahun terakhir di Rolwaling dibuka rute-rute pendakian ekstrem oleh para pendaki yang mencari tantangan baru - bukan lagi ketinggian puncak melainkan kesulitan dinding yang menjadi kriteria, contohnya, rute Tengkangpoche North Face (ketinggian 6500m) pada tahun 2008.
Foto: Menjelajahi Drolambo Glacier
Menuju Pass Tashi Laptsa, setelah mendaki „serac“ / tebing es terjal di tepi Drolambo Glacier, dengan Tibet di latar belakang
Camp peristirahatan kami (5700 m) di Pass Tashi Laptsa, di latar belakang Khumbu Himal

Setelah kurang lebih dua setengah minggu tidak bertemu dengan orang asing lainnya, kami akhirnya mencapai Khumbu, dan ini bagai memasuki dunia lain. Tiba-tiba kami kembali dikelilingi turis / trekkers, penginapan, restoran, listrik, dan televisi... Kami merasa sedikit asing setelah demikian lama berada di kesunyian dan alam yang asri.

Rolwaling bagi kami merupakan salah satu daerah yang paling mengesankan di Nepal.

Info perjalanan:Gerbang masuk adalah Kathmandu, ibu kota Nepal. Penerbangan antara lain melalui Kuala Lumpur, Bangkok, Delhi dan Singapura.

Trekking di Rolwaling membutuhkan persiapan matang baik fisik maupun logistik, pengetahuan teknik mendaki gunung dengan rope, crampons, ice axe, pengetahuan pertolongan pertama dan lain-lain. Di kalangan pendaki gunung di Eropa telah dibedakan antara „climbing“ dan „trekking“. Rolwaling Trek masuk kategori „trekking“, tetapi tetap harus berhati-hati karena kondisi khusus seperti glacier, ketinggian di atas 5000 m (kadar oksigen rendah) dan faktor lainnya.
„Gipfelfreude“, penulis / fotografer bersama pendamping, di latar belakang puncak Gauri Shankar, Shisa Pangma di Tibet dan puncak-puncak lainnya.

Perjalanan melalui Pass Tashi Laptsa hanya dianjurkan bagi para pendaki yang berpengalaman dengan kondisi fisik sempurna. Tanpa pengalaman sebaiknya hanya berkunjung sampai danau glacier Tso Rolpa. Rute Rolwaling dapat juga dikombinasi dengan rute "Numbur" di Selatan.

Satu bukti keseriusan trek ini adalah keharusan untuk memiliki "climbing permit". Dibanding dengan Rolwaling Trek, Everest Base Camp Trek secara teknis tergolong trek yang mudah.

Trekking biasanya bermula di Dolakha atau Barabise, dengan minibus sekitar 5-6 jam perjalanan dari Kathmandu. Trek sampai Lukla antara 16-21 hari. Bagi yang waktunya lebih singkat, dapat naik kendaraan hingga Jagat (hemat tiga hari). Tergantung apakah hendak mendaki puncak gunung atau tidak, dan berapa banyak waktu di camps (istirahat pada ketinggian tertentu sangat penting untuk adaptasi dan mencegah ‚altitude sickness‘). Selama musim kunjungan utama, setiap hari ada beberapa penerbangan dari Lukla kembali ke Kathmandu.

Puncak (trekking peaks) yang dapat didaki misalnya: Yalung Ri (5630m), Ramdung Go (5930m), Parchamo (6273m). Es / salju 40-45°, Grade: PD- (peu difficile minus).

Musim terbaik adalah setelah musim hujan (Oktober-November) dimana cuaca biasanya lebih stabil dan udara cerah - pemandangan tanpa kabut. Di musim semi (Maret-Mei) suhu lebih tinggi, tetapi seringkali berawan dan kita harus siap menghadapi resiko sisa salju musim dingin yang akan mempersulit perjalanan. Pada musim apa pun, salju adalah faktor yang selalu dapat sangat menentukan pada perjalanan di ketinggian seperti ini.

Perlengkapan mendaki gunung sebaiknya yang telah teruji fungsinya pada kondisi kritis dan dibawa sendiri, tetapi bisa juga dibeli atau disewa di Kathmandu. Suhu malam hari di atas 5000 m dapat mencapai -20°c (diperlukan ‚sleeping bag‘ dan pakaian yang sesuai). Demikian pula guide dan crew berpengalaman dapat dicari melalui agen-agen trekking setempat.Sekali lagi, ini bukanlah trek untuk pemula, kecuali jika tidak bermaksud melewati Tashi Laptsa Pass. Jalur evakuasi panjang jika terjadi kecelakaan atau peserta sakit, medan berat dan teknis, ketinggian cukup ekstrem dan faktor-faktor lainnya membuat trek ini merupakan perjalanan sangat serius.Bagi yang berminat mencoba, kami sarankan menggunakan jasa agency yang berpengalaman menjelajahi daerah ini. Tidak semua agency memiliki pengalaman tersebut. Jika anda merasa cukup berpengalaman untuk trip ini, jangan ragu hubungi kami. Catatan: trip yang menantang seperti ini hanya kami jalankan sebagai private group (bukan „open trip“) setelah yakin peserta cukup berpengalaman dan kondisi fisik memadai.ⓒ Tjahjadi NurtantioTrip designer of csvakansi.com